Tembakau merupakan
jenis
tanaman
yang
sangat
dikenal
di
kalangan
masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh
Nusantara dan mempunyai
kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok. Selain itu tembakau juga dimanfaatkan
orang sebagai kunyahan (Jawa : susur),
terutama di kalangan ibu–ibu di pedesaan.
Tanaman tembakau
berwarna hijau, berbulu
halus, batang, dan daun diliputi oleh
zat perekat. Pohonnya
berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata
mencapai 250 cm, akan tetapi
kadang–kadang dapat
mencapai tinggi sampai
4 m apabila syarat– syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata
kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah
muda sampai
merah, mahkota
bunga
berbentuk
terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung
runcing, dan kedudukan
daun pada batang tegak (Abdullah, 1982).
Tembakau banyak ditanam
di Indonesia khususnya
di Jawa Tengah. Kabupaten yang
banyak
terdapat
tanaman tembakau yaitu Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Grobogan, Temanggung, dan Kendal.
Di
dalam daun tembakau ada beberapa
macam alkaloid yang dapat memberikan rasa nikmat pemakainya yaitu
nikotin, nikotirin, dan
myosmin (Cahyono,
1998).
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman
perkebunan. Pemanfaatan tanaman
tembakau
terutama pada daunnya yaitu untuk
pembuatan rokok.
Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai
berikut :
Famili :
Solanaceae Sub Famili :
Nicotianae Genus :
Nicotianae
Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana
rustica (Cahyono, 1998).
Nicotianatabacum dan Nicotiana rustica mempunyai
perbedaan yang jelas. Pada Nicotiana tabacum,
daun
mahkota
bunganya memiliki
warna
merah muda sampai
merah, mahkota
bunga
berbentuk
terompet
panjang,
daunnya
berbentuk
lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm. Adapun
Nicotiana rustica, daun mahkota
bunganya
berwarna
kuning,
bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit
gelombang, bentuk
daun bulat yang pada
ujungnya
tumpul, dan kedudukan daun pada batang
mendatar agak terkulai. Tembakau ini merupakan varietas induk untuk
tembakau cerutu yang tingginya
sekitar
90
cm
(Cahyono, 1998).
Nikotin yang terdapat di tembakau, merupakan salah satu zat aditif yang dikenal. Nikotin adalah penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang
mengganggu keseimbangan
syaraf.
Ketergantungan
fisik
dan
psikologi
pada
nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin
pada SSP dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau dikunyah,
efek pada SSP dialami dalam
waktu 3–5 menit.
Efek nikotin
tembakau yang dipakai dengan cara menghisap,
menguyah atau menghirup
tembakau dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, sebagian menghilangkan perasaan
cita rasa dan penciuman serta membuat paru- paru menjadi nyeri. Penggunaan tembakau dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru–paru, jantung, dan pembuluh
darah .
Nikotin membuat ketagihan. Itulah sebabnya para perokok ingin terus
menghisap tembakau secara rutin karena
mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut ditandai dengan
keinginan
yang
menggebu untuk selalu mencari dan menggunakan, meskipun mengetahui akan konsekuensi negatif terhadap kesehatan.
Dari sifat ketergantungan alami yang muncul ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jaringan otak yang menimbulkan
perasaan
senang,
tenang,
dan
rileks. Sebuah bahan kimia otak termasuk dalam perantara keinginan untuk
terus
mengkonsumsi, yakni
neurotransmiter dopamine, dalam
penelitian menunjukkan
bahwa nikotin meningkatkan kadar
dopamine tersebut. Efek
akut dari nikotin dalam beberapa menit
menyebabkan perokok melanjutkan dosis secara frekuentif per harinya sebagai usaha
mempertahankan efek kesenangan yang timbul
dan mempertahankan diri dari efek ketergantungan.
Nikotin dapat berlaku sebagai
sebuah stimulan dan obat penenang
atau penghilang rasa sakit. Secara langsung
setelah kontak dengan nikotin maka timbul
rangsangan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan
terlepasnya
hormon adrenalin. Hormon adrenalin
ini merangsang
tubuh dan menyebabkan
pelepasan glukosa secara mendadak yang akhirnya kadar gula
dalam darah menurun, dan
tekanan darah juga meningkat. Begitu
pula pada pernapasan dan detak
jantung
2 komentar:
Dari artikel yang kita baca diatas bahwa Nikotin adalah penghambat susunan syaraf pusat(SSP) yang mengganggu keseimbangan syaraf maka dari itu Mengapa pada saat Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin pada SSP (susunan syaraf pusat) dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. sedangkan tembakau yang dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3–5 menit ?
Menurut saya, efek nikotin melalui proses menghisap tembakau lebih cepat dibandingkan dengan mengunyah karena saat menghisap tembakau terjadi proses respirasi melalui saluran pernapasan, dimana saat menghirup tembakau akan menghasilkan gas yang pergerakannya dalam tubuh lebih cepat sampai ke syaraf pusat. jika mengunyah tembakau akan menghasilkan cairan yang proses edarannya dalam tubuh melalui peredaran darah agak lambat untuk menuju ke syaraf pusat.
Posting Komentar