Kamis, 29 November 2012

Senyawa Nikotin


Tembakau      merupakan  jenis  tanaman  yang  sangat  dikenal  di  kalangan masyarakat  Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok. Selain itu tembakau juga dimanfaatkan orang sebagai  kunyahan (Jawa : susur), terutama di kalangan ibu–ibu di pedesaan.
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai 250 cm, akan tetapi  kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4 m apabila syarat– syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya  memiliki  warna  merah  muda  sampai  merah,  mahkota  bunga  berbentuk terompet panjang,   daunnya berbentuk lonjong pada  ujung  runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah, 1982).
Tembakau banyak ditanam di Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Kabupaten yang  banyak  terdapat  tanaman  tembakau  yaitu  Wonosobo,  Magelang,  Boyolali, Klaten, Grobogan,  Temanggung, dan Kendal.
Di dalam daun tembakau ada beberapa macam alkaloid yang dapat memberikan rasa nikmat   pemakainya   yaitu   nikotin,   nikotirin,   dan   myosmin   (Cahyono,   1998).
Tembakau    adalah    tanaman    musiman    yang    tergolong   dalam    tanaman perkebunan.  Pemanfaatan  tanaman  tembakau  terutama  pada  daunnya  yaitu  untuk pembuatan rokok.
Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :


Famili        :   Solanaceae Sub Famili :   Nicotianae Genus       :   Nicotianae
Spesies      :  Nicotiana tabacum dan   Nicotiana rustica (Cahyono, 1998).

Nicotianatabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang jelas. Pada  Nicotiana  tabacum,  daun  mahkota  bunganya  memiliki  warna  merah  muda sampai  merah,  mahkota  bunga  berbentuk  terompet  panjang,  daunnya  berbentuk lonjong pada ujung runcing,  kedudukan daun pada batang tegak, merupakan induk tembakau sigaret       dan tingginya sekitar 120  cm. Adapun Nicotiana rustica, daun mahkota  bunganya  berwarna  kuning,  bentuk  mahkota   bunga  seperti  terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat yang pada  ujungnya tumpul,  dan  kedudukan  daun  pada  batang  mendatar  agak  terkulai.  Tembakau  ini merupakan  varietas  induk untuk  tembakau  cerutu  yang  tingginya  sekitar  90  cm (Cahyono, 1998).
Nikotin yang terdapat di tembakau, merupakan salah satu zat aditif yang dikenal.            Nikotin  adalah  penghambat   susunan    syaraf    pusat    (SSP)    yang mengganggu keseimbangan  syaraf.  Ketergantungan  fisik  dan  psikologi  pada nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin pada SSP dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3–5 menit.
Efek nikotin tembakau yang dipakai dengan cara menghisap, menguyah atau menghirup tembakau dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan  denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, sebagian menghilangkan perasaan cita rasa dan penciuman serta membuat  paru- paru   menjadi   nyeri.    Penggunaan  tembakau dalam   jangka   panjang  dapat menyebabkan kerusakan pada paru–paru, jantung, dan pembuluh darah .

Nikotin membuat ketagihan. Itulah sebabnya para perokok ingin terus menghisap  tembakau secara rutin karena mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut  ditandai  dengan  keinginan  yang  menggebu  untuk  selalu  mencari  dan menggunakan,                   meskipun    mengetahui  akan konsekuensi  negatif   terhadap kesehatan.
Dari sifat ketergantungan alami yang muncul ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan  jaringan  otak  yang  menimbulkan  perasaan  senang,  tenang,  dan

rileks. Sebuah  bahan  kimia  otak  termasuk  dalam  perantara  keinginan  untuk  terus mengkonsumsi,  yakni neurotransmiter dopamine, dalam penelitian menunjukkan bahwa  nikotin  meningkatkan  kadar  dopamine  tersebut.  Efek  akut  dari  nikotin dalam beberapa menit menyebabkan  perokok melanjutkan dosis  secara frekuentif per harinya sebagai usaha mempertahankan efek  kesenangan  yang timbul dan mempertahankan diri dari efek ketergantungan.
Nikotin dapat berlaku sebagai sebuah stimulan dan obat penenang atau penghilang rasa sakit. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin maka timbul rangsangan  terhadap  kelenjar  adrenal  yang  menyebabkan  terlepasnya  hormon adrenalin. Hormon adrenalin ini  merangsang tubuh dan menyebabkan pelepasan glukosa secara mendadak yang akhirnya kadar  gula dalam darah menurun, dan tekanan darah juga meningkat. Begitu pula pada pernapasan dan detak jantung

2 komentar:

Unknown on 29 November 2012 pukul 08.00 mengatakan...

Dari artikel yang kita baca diatas bahwa Nikotin adalah penghambat susunan syaraf pusat(SSP) yang mengganggu keseimbangan syaraf maka dari itu Mengapa pada saat Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin pada SSP (susunan syaraf pusat) dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. sedangkan tembakau yang dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3–5 menit ?

meliagustina on 30 November 2012 pukul 06.51 mengatakan...

Menurut saya, efek nikotin melalui proses menghisap tembakau lebih cepat dibandingkan dengan mengunyah karena saat menghisap tembakau terjadi proses respirasi melalui saluran pernapasan, dimana saat menghirup tembakau akan menghasilkan gas yang pergerakannya dalam tubuh lebih cepat sampai ke syaraf pusat. jika mengunyah tembakau akan menghasilkan cairan yang proses edarannya dalam tubuh melalui peredaran darah agak lambat untuk menuju ke syaraf pusat.

Posting Komentar

 

Cha Chem's Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template